Manusia merupakan mahkluk monodualistis antara jiwa dan raga tidak
dapat dipisahkan serta manusia juga merupakan mahkluk yang rasional dan juga irasional. Hakekat manusia itu adalah tercipta
sebagai Makhluk, produk dari Allah. Setiap apa yang diciptakan oleh penciptanya
haruslah tunduk dan taat kepada aturan yang ditetapkan oleh pembuatnya. Karena
manusia adalah produk Allah maka fitrah yang harus ditaati adalah tunduk patuh
dan taat terhadap setiap apa-apa yang diperintahkan dan menghindari setiap apa
yang dilarang. Ada dua aliran yang memberikan pendapat, diantaranya , Aliran monoisme yaitu Aliran ini menganggap bahwa seluruh semesta termasuk manusia hanya
terdiri dari satu zat. Aliran ini dibagi menjadi dua yaitu aliran materialism (Realitas
yang sebenarnya adalah materi (benda)) dan aliran idealism (Realitas yang sebenarnya adalah ide (rohani)). Aliran kedua yaitu Aliran dualism dimana aliran ini menganggap bahwa realitas semesta merupakan perpaduan
antara zat hidup dan zat mati. Sedangkan Manusia merupakan sintesis antara
jasmani dan rohani.
Secara
materialism manusia dikatakan sebagai kumpulan dari organ tubuh , zat kimia,
dan unsure biologis yang semuanya itu terdiri dari zat dan materi. Manusia adalah
benda-benda yang bernama
kepala, badan, tangan dan kaki. Benda-benda tersebut terkait satu sama lain
sehingga menjadi satu kesatuan. Dalam sejarahnya manusia memeng bergantung pada badank
makanan dan minuman misalnya. Memang ,jika kita barupertama kali mampu
menggunakan pikiran, maka yang benar adalah yang bias di indra. Yang benar
adalh sesuatu yang biasa di lihat, di dengar (suara), di cium (bau), di raba
dan di kecap.di luar yang bias di indra adalh sebuah kepalsuan. Sesuatu yang hakekat
adalah sesuatu yang bias di indra, yaitu materi.
Manusia pada dasarnya memiliki brbagai
kecerdasan yang telah diberikan oleh Sang Pencipta yaitu keceerdasan yang
beraneka ragam seperti kecerdasan intelektual, keceerdasan emosi, kecerdasan
spiritual dan sebagainya. Dengan IQ,
manusia mampu menyatakan benar dan salah berdasarkan inteletual. Kita mampu
menghitung, membuat konstruksi bangunan, menyusun program, dan sebagainya.
Dengan EQ, manusia mampu mengendalikan amarah, memiliki rasa
iba, kasih sayang, tanggung jawab, kerja sama, dan kesenian (estetika). Dengan
adanya ini muncul sikap sabar, lemah lembut, ataupun sebaliknya. Dengan SQ,
manusia membedakan mana yang baik dan yang buruk. Potensi ini sangat terkait
dengan etika atau nilai-nilai moral, baik dan buruk, serta nilai-nilai
keagamaanSelain
daripada itu manusia dikatakan sebagai makhluk sosial , dimana sejak awal mereka
berkembang dan hidup didalam lingkungan sosial dan sejarah.Manusia dilahirkan
dengan dorongan-dorongan biologis yang harus diarahkan ulang untuk membuatnya
hidup di dalam masyarakat. Adapun manusia memiliki cirri-ciri sebagai
berikut :
Organ tubuhnya kompleks dan sangat khusus,
terutama otaknya, mengadakan metabolisme
atau pertukaran zat, (ada yang masuk dan keluar), memberikan tanggapan terhadap rangsangan dari dalam dan
luas, memiliki potensi untuk berkembang biake.Tumbuh dan bergerak, berinteraksi dengan lingkungannnya, sampai pada saatnya
mengalami kematiian.
Selanjutnya manusia pada dasarnya juga memiliki beberapa
dimensi kemanusiaan sebagai sosok makhluk, diantaranya :
·
Dimensi individual, sebagai mahkluk individu, manusia bersifat
unik dan khas karena tidak ada manusia yang sama persis. Walaupun ada yang
mirip, belum tentu sifatnya sama.
·
Dimensi religious, sebagai
mahkluk religius, manusia mengakui adanya kekuatan lain di luar diri manusia
yang sifatnya supranatural, yang secara umum disebut Tuhan.
·
Dimensi kesosialan, sebagai
mahkluk sosial, manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.
·
Dimensi kesusilaan, sebagai
mahkluk susila, manusia akan memunculkan suatu nilai untuk membedakan mana yang
baik dan mana yang buruk dalam hubungannya dengan manusia yang lainnya.
Hakekat manusia di dalamnya mengenai
perkembangan asal-usul manusia dan beberapa teori pembentukan tata surya dimana
beberapa paham perkembangan menyebutkan
hubungan antara manusia dengan alam seperti fisik determinisme dan posibilisme.
Hakikat Manusia,terdiri
atas dua bagian, yaitu tentang Kesadaran Diri dan Kesadaran Universal. Kesadaran
diri didalam filsafat kontemporer secara hakiki terpusat pada pribadi manusia.
Boleh jadi, tanpa situasi historis kita tidak bisa memahami apa dan esensi diri
yang sebenarnya. Al Qur'an membuka pintu dunia baru, tentang kesadaran diri
secara berurutan sampai kepada kesadaran yang universal. Ungkapan ini tidak
terikat oleh suatu aliran tertentu. Saat dimana muncul ketikan dihadapkan persoalan
manusia terdorong untuk memikirkan eksistensi.
Ungkapan hakikat manusia mengacu kepada kecenderungan
tertentu secara berurutan dalam memahami manusia. Hakikat mengandung makna
sesuatu yang tetap, tidak berubah-ubah. Yaitu identitas esensial yang menyebabkan
sesuatu menjadi dirinya sendiri. Kesadaran universal Apabila
zat-zat, tubuh manusia dan benda-benda dalam alam sudah dipahami sebagai
rangkaian kejadian-kejadian, serta menurut kemauan sunatullah. Maka sebenarnya
atom-atom atau zarrah bergerak bukan atas kemauannya sendiri, akan tetapi ada
sosok yang bukan dirinya. Dimana atom-atom itu bergerak mengikuti kekuatan yang
maha besar. Benda-benda kecil itu hanya patuh terhadap yang tidak bisa
diperbandingkan dengan sesuatu. Wujud itu begitu absolute. Menghayati mulai dari
kesadaran fisik sampai kepada kesadaran transendental dimana sejatinya manusia
adalah sesuatu yang bukan fisik.
Al Ghazaly yang hidup
pada abad pertengahan tidak terlepas dari kecenderungan umum pada zamannya
dalam memandang manusia. Didalam buku buku filsafatnya ia mengatakan bahwa
manusia mempunyai identitas esensial yang tetap, tidak berubah-ubah yaitu jiwanya. Yang dimaksud an nafs adalah
substansi yang berdiri sendiri, tidak bertempat dan merupakan tempat
pengetahuan intelektual yang berasal dari alam malakut atau alam amr. Ini
menunjukkkan esensi manusia bukan fisiknya dan bukan fungsi fisik. Sebab fisik
adalah sesuatu yang mempunyai tempat. Dan fungsi fisik adalah sesuatu yang
tidak berdiri sendiri. Keberadaannya tergantung kepada fisik. Hakekat manusia sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa, diciptakan dalam bentuk paling sempurna. Manusia adalah
makhluk spiritual yang akan menjalani fase-fase peristiwa kehidupan baik
sebelum lahir, sekarang maupun setelah mati.
Spiritual merupakan aspek non fisik yang mampu
memberikan kekuatan manusia untuk lebih dari sekedar hidup. Bukti akan hakekat
manusia sebagai makhluk spiritual mungkin dapat ditunjukkan dengan beberapa
contoh berikut.
Pada dasarnnya
ada tiga aspek pokok dalam diri manusia yaitu fisik, mental dan spiritual.
Aspek fisik merupakan segala hal yang dapat dirasakan oleh panca indra manusia.
Aspek mental yang membedakan manusia dengan dengan makhluk lain. Dengan adanya
mental manusia dapat berfikir, mempertimbangkan dan mengambil keputusan untuk
suatu permasalahan. Sedangkan spiritual dapat diibaratkan sebagai navigator
kehidupan. Dia yang akan memberikan warna dan arah dari kehidupan yang dijalani
manusia.
E. Papalia, Diane, dkk.
2009.Human Development. Salemba
Humanika : Jakarta.
Munib, Achmad.
2009. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang:
Unnes Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar